Komet Lovejoy tabrak matahari (Space.com)
English Version :
VivaNews - Comet about 200 meters in diameter or twice the size of a football field that eventually crashed into the Sun. Lovejoy named Comet crashed into the sun at around 07.00 am GMT.
"This morning around 7 West Indonesia time, comet Lovejoy reaches closest to the sun at a distance of 140 thousand kilometers from the sun's surface," said researcher utaama Institute of Aeronautics and Space Agency (Lapan), Professor Thomas Djamaluddin, in conversation with VIVAnews.com, Friday December 16, 2011.
According to the man who was familiarly called Djamaluddin this, it's actually not a comet crashing into the Sun. Rather, the point closest to the sun by entering the corona, the solar atmosphere.
"Temperatures in the corona that reaches millions of degrees. Until we can be sure that this comet will not survive. And the comet material consisting only of ice and dust that will not last," said Jamaladin.
Djamaluddin sure, this comet will not give any impact to the sun. So is the Earth and the planet-planetlainnya. Collision events will not cause any effect.
"For the sun is too small. And for the Earth and other planets are also too far. When passing the Sun, the material will be immediately discharged. Nothing goes again," said the professor of Japanese graduates.
This event can be witnessed by two satellites monitoring the Sun is in the world. "First Satellite, Nasa's Soho and Hinode in Japan," said Jamaladin. (eh)
Versi Indonesia:
VIVAnews - Komet berdiameter sekitar 200 meter atau seukuran dua kali lapangan bola itu akhirnya menabrak Matahari. Komet yang diberi nama Lovejoy itu menabrak matahari sekitar pukul 07.00 pagi WIB.
"Tadi pagi sekitar jam 7 waktu Indonesia Barat, komet Lovejoy mencapai jarak terdekat dengan matahari pada 140 ribu kilometer dari permukaan matahari," kata peneliti utaama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Profesor Thomas Djamaluddin, dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Jumat 16 Desember 2011.
Menurut pria yang akrab disapa Djamaluddin ini, komet itu sebenarnya bukan menabrak Matahari. Melainkan mencapai titik terdekat dengan matahari dengan memasuki wilayah korona, atmosfir matahari.
"Suhu di korona itu mencapai jutaan derajat. Hingga bisa dipastikan bahwa komet ini tidak akan bertahan. Dan material komet yang hanya terdiri dari es dan debu itu tidak akan bertahan," ujar Djamaluddin.
Djamaluddin memastikan, komet ini tidak akan memberikan dampak apapun terhadap matahari. Begitu juga dengan Bumi dan planet-planetlainnya. Peristiwa tabrakan itu tidak akan menimbulkan efek apapun.
"Bagi Matahari ini terlalu kecil. Dan bagi Bumi dan planet-planet lainnya ini juga terlalu jauh. Ketika melintas Matahari, materialnya akan langsung habis. Tidak ada kelanjutannya lagi," ujar profesor lulusan Jepang ini.
Peristiwa ini bisa disaksikan dengan menggunakan dua satelit pemantau Matahari yang ada di dunia. "Pertama satelit Soho milik Nasa dan Hinode di Jepang," kata Djamaluddin. (eh)
Sumber • VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar